Cari Blog Ini

Rabu, 20 Juli 2011

Pasukan 2 Tak Kuasai Red Bull Romaniac 2011




























































    Graham Jarvis yang menunggang Husaberg TE 300 menempatkan dirinya pada posisi teratas dalam kejuaraan enduro extrim kelas dunia Red Bull Romaniac 2011. Ini adalah gelar kedua yang diaraih Graham Jarvis setelah pada tahun 2008 dia juga meraih mahkota juara di event yang sama. Posisi kedua ditempati oleh Chirs Birch yang naik KTM 300 dan posisi ketiga diraih Andreas Lettenbichler dengan kuda besinya Husqvarna WR 300.
Red Bull Romaniac disebut-sebut sebagai event enduro paling ekstrim di dunia. Hanya rider dan motor tangguh yang akan lolos dalam kejuaraan super berat ini. Red Bull Romaniac 2011 yang diadakan pada tanggal 16-20 Juli 2011 di Sibiu, Romania itu diikuti oleh 176 pengendara dari berbagai negara dan menempuh rute sejauh 600 km.
Jalur offroad yang ditempuh bukan sembarang jalur, karena penuh dengan rintangan yang membuat pengendara harus memeras keringat, kemampuan dan otaknya. Belum lagi rintangan buatan seperti kayu gelondongan dan batu yang membuat banyak pengendara terjungkal dan berdarah. Hanya pengendara yang punya skill mumpuni saja yang bisa lolos hingga babak terakhir di acara yang selalu menjadi magnet bagi penggila off road ekstrim ini.
Menariknya, dalam kejuaran enduro super ekstrim seperti Red Bull Romaniac ini kebanyakan motor yang dipakai adalah motor 2 tak. Graham Jarvis, sang juara, mengendarai Husaberg TE 300, demikian juga juara kedua Chris Birch yang memakai KTM 300 (2 tak). Jika dilihat 10 besar pengendara yang finish terdepan itu 90% pakai motor 2 tak. Coba lihat hasil lengkapnya di situs resmi Red Bull Romaniac di link berikut: http://www.redbullromaniacs.com/results/results-2011/overall-results-day-4/
Motor enduro 2 tak bukan hanya pertama kali ini saja mendominasi kejuaraan enduro ekstrim. Selain di Red Bull Romaniac, motor 2 tak banyak dipakai juga di kejuaraan off road ekstrim seperti the Last Man Standing, Erzberg Rodeo dan Hell Gate.
Husaberg TE 300 yang dipakai Graham dan KTM 300 yang dipakai Chris Birch itu dari pabrikannya dilengkapi dengan electric starter, jadi tinggal pencet tombol, motor sudah siap melaju. Sementara Husqvarna WR 300 hanya mengandalkan ‘pancalan’ kaki untuk menghidupkan motor. Meskipun tidak pakai electric starter, sebetulnya tidak menjadi masalah karena motor 2 tak itu sangat mudah dihidupkan.
Motor 2 nada itu bobot motor lebih ringan dibanding motor 4 tak. Ini menjadi salah satu pertimbangan pengendara untuk turun di kejuaran ekstrim enduro yang penuh dengan single track dan rintangan. Pengendalian yang mudah namun dengan power yang mumpuni, membuat motor 2 tak banyak dipilih untuk enduro ekstrim.
Bagaimana dengan di Indonesia? Pada tahun 90-an, motor trail di tanah air juga “dikuasai” oleh motor 2 tak yaitu Suzuki TS 125. TS 125 selama bertahun-tahun dikenal tangguh, meskipun tampangnya terkesan “jadul”. Ketika Kawasaki meluncurkan KLX 150, sempat muncul dugaan kalau nasib TS 125 akan habis “dilahap” geng hijau 4 tak dari Kawasaki. Nyatanya sampai saat ini TS 125 masih eksis, meskipun pabrikan sudah tidak memproduksinya lagi. Andai saja Suzuki mengeluarkan “new TS’ dengan model lebih modern dan kapasitas mesin lebih besar, misalnya 150cc, pasti akan laris manis di kalangan off roader.
Untuk trail build up, pada awalnya di Indonesia juga “dikuasai” barisan motor 2 tak yaitu KTM 200 EXC. Motor yang satu ini dikenal tangguh, ringan, handling enak dan perawatan mudah. Tak heran kalau populasi KTM 200 di Indonesia lumayan besar. Namun kemudian lambat laun, orang mulai melirik motor 4 tak, apalagi sempat ada isu motor 2 tak akan dilarang di Indonedia. Padahal ini sebuah isu yang tidak ada dasarnya dan ngawur.
Jika motor trail (build up) 2 tak di Indonesia semakin meredup, tidak demikian di Eropa dan USA. Motor 2 tak, terutama KTM, masih sangat banyak di pakai di berbagai kejuaraan enduro. Bahkan tim enduro KTM USA juga kini disebut-sebut semuanya akan memakai motor 2 tak. Andalan mereka adalah KTM 250 XCW dan 300 XCW. Mereka masih percaya bahwa motor 2 tak masih sangat kompetitif melawan gempuran motor 4 tak dengan cc yang lebih gede.
Perlu diingat bahwa dalam kejuaraan enduro atau motocross, itu selalu kapasitas mesin 2 tak harus lebih kecil dibanding 4 tak. Misalnya, motor 2 tak 250 cc itu akan melawan motor 4 tak 450cc. Dalam motocross, motor 2 tak 125cc akan melawan 4 tak 250cc. Kenapa kapasitas mesinnya tidak dibuat sama saja, anatara 2 tak dan 4 tak? Kenapa motor 2 tak kapasitas mesinnya harus lebih kecil dibanding yang 4 tak? Bukankah lebih adil, kalau kapasitas mesinnya sama? Silahkan disimpulkan sendiri. (C001/foto: www.redbullromaniacs.com).